INDUSTRY co.id - Jakarta, Kemajuan teknologi tak lepas dari penggunaan energi listrik, termasuk dalam sektor industri. Rata-rata pertumbuhan konsumsi energi listrik saat ini adalah 2,3-25 persen.
Akhir tahun 2030 diperkirakan kebutuhan energi listrik akan menjadi dua kali lipat saat ini atau sekitar 16.000 TWh (Terra Watt Hour) per tahunnya (konversi.wordpress.com, 7 Maret 2011).
Tentu saja, kebutuhan energi listrik tersebut mesti diimbangi dengan penerapan efisiensi energi listrik dengan tujuan demi menahan laju konsumsi energi dan mengurangi pemborosan akibat pemakaian energi listrik.
Oleh karena itu, diperlukan arsitektur berbasis bangunan hijau (green building).
Faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam penerapan konsep bangunan hijau adalah bagaimana penghuninya nyaman dengan penggunaan energi secara minimal.
"Karena semakin sedikit penggunaan energi untuk penghawaan dan pencahayaan, maka akan semakin tinggi rating bangunan tersebut memenuhi kriteria sebagai bangunan hijau,” ungkap Muhammad Chottob Wibowo - Anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Wilayah Malang yang juga Pengurus IAI Provinsi Jawa Timur.
Chottob mengatakan, konsep ‘green’ ini dapat diaplikasikan pada pengurangan energi (seperti energi listrik) semisal dengan memaksimalkan fungsi penutup bangunan pada ruangan yang membutuhkan suhu ruangan yang harus selalu terjaga suhunya.
"Mengingat energi listrik bersumber pada fosil yang kini jumlahnya kian menipis, " sebutnya.
Rini Dewi Anggraeni - Brand & Marcom Manager PT Sanwamas Metal Industry mengatakan bahwa Sanwa memiliki produk shutter/rolling door berkecepatan cepat bernama Quick Saver.
Penutup yang dapat membuka tutup secara otomatis ini dapat menghemat energi yang cukup besar.
Quick Saver merupakan penutup yang terbuat dari poliester dan polipropena dengan kecepatan sekitar 10 hingga 20 kali dibanding shutter/rolling door konvensional.
"Dengan kecepatan tersebut, Quick Saver dapat meminimalisir aliran udara melalui bukaan yang disebabkan oleh perbedaan suhu angin,” jelasnya.
"Quick Saver ini umumnya digunakan sebagai pintu pelayanan pada gudang, partisi pabrik, area pengiriman/pengiriman kargo di gudang, dan pintu belakang supermaret," ujar Rini.
Ia menjelaskan bahwa penggunaan Quick Saver ini untuk memenuhi standar HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points) merupakan uji mutu terhadap makanan dengan tujuan mengurangi risiko terhadap bahaya terhadap makanan.
Disamping HACCP, Quick Saver memenuhi prasyarat GMP (Good Manufacturing Practices) adalah prosedur memproduksi makanan agar aman, bermutu, dan layak dikonsumsi.
Quick Saver, lanjut Rini, memiliki beragam nilai plus, terutama dalam industri pangan. Penutup yang membuat zonasi lebih efisien, di antaranya sebagai pintu shutter/rolling door dengan kedap udara yang tinggi.
"Sehingga, penutup ini dapat mencegah masuknya udara dari luar dan mempertahankan udara dingin di dalam ruangan. Dan pada saat bersamaan mencegah debu yang berasal dari luar,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa Quick Saver memiliki kecepatan tinggi yang berdampak pada pada jumlah ventilasi saat membuka/menutup.
Misalnya diaplikasikan pada penyimpanan makanan, bila hendak mendinginkan makanan, maka energi yang digunakan pun semakin tinggi.
Nah, bila kecepatan pengoperasian lebih cepat, maka mencegah suhu untuk berubah akan menurunkan penggunaan energi artifisial tersebut dan menghindari pemborosan biaya penyejuk udara, juga mengurangi materi asing masuk ke dalam ruangan.
“Quick Saver juga berfungsi mencegah pertumbuhan bakteri, sehingga dalam industri pangan dapat memenuhi standar HACPP dan GMP. Sehingga, Quick Saver dapat digunakan pada industri pangan yang mengedepankan higienitas,” pungkas Rini.
"listrik" - Google Berita
March 04, 2020 at 08:48AM
https://ift.tt/2TitsnI
Kebutuhan Listrik Sektor Industri Naik 2,5 persen,… - Industry
"listrik" - Google Berita
https://ift.tt/2I79PZZ
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kebutuhan Listrik Sektor Industri Naik 2,5 persen,… - Industry"
Post a Comment