KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Pertamina (Persero) resmi mencopot Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina Indonesia Power (PPI) Ginanjar. Pencopotan tersebut berlaku sejak Jum'at, 15 November 2019.
Hal itu dikonfirmasi oleh Ginanjar saat dihubungi Kontan.co.id. Sayang, ia enggan membeberkan alasan pencopotannya sebagai dirut. Ginanjar hanya biang, dalam surat itu hanya tercantum bahwa per tanggal tersebut, ia tak lagi menjabat sebagai Dirut PPI.
Baca Juga: Dirut Pertamina resmi berhentikan CEO Pertamina Power, proyek PLTGU Jawa 1 stop?
"Iya, betul demikian," ujar Ginanjar singkat, saat dikonfirmasi Kontan.co.id, Senin (18/11).
Saat dimintai konfirmasi serupa, pihak PT Pertamina (Persero) dan juga pihak komisaris PPI masih enggan berkomentar. Hingga tulisan ini dibuat, Komisaris Utama PPI Dharmawan H. Samsu dan Vice President of Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman masih belum memberikan jawaban atas pertanyaan Kontan.co.id.
Yang jelas, Direktur Strategic Planning & Business Development PPI Indra Trigha menyatakan, dirinya lah yang nantinya akan menempati posisi Ginanjar sementara, sebagai Pelaksana Tugas Harian (PTH) Dirut PPI. Hanya saja, Indra mengatakan bahwa dirinya belum menerima surat resmi atas jabatan tersebut.
"Rencananya seperti itu, tapi saya belum mendapatkan surat resminya," kata Indra kepada Kontan.co.id, Senin (18/11).
Baca Juga: Menteri ESDM: Program 35.000 MW selesai tiga tahun ke depan
Asal tahu saja, saat ini PPI adalah pimpinan konsorsium proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa-1. Dalam membangun pembangkit berkapasitas 1.760 Megawatt (MW) itu, PPI berkongsi dengan Marubeni Corporation dan Sojitz Corporation. PPI dan Marubeni masing-masing mengantongi saham 40%, sementara 20% sisanya dimiliki Sojitz.
Belakangan diketahui, terdapat friksi di kongsi tersebut. Seperti yang diberitakan KONTAN, ada beberapa masalah internal di dalam konsorsium PLTGU Jawa 1 yang diungkap PPI, terutama menyangkut keberatannya terhadap sikap Marubeni.
Pada 13 September 2019, misalnya, Ginanjar pernah mengirimkan seberkas surat untuk Chief Audit Executive PT Pertamina (Persero). Surat itu perihal tambahan data dan informasi terkait permohonan pelaksanaan investigasi proyek IPP Jawa-1.
Dalam surat itu disebutkan, friksi yang cukup tajam di konsorsium terjadi lantaran ada sejumlah masalah. Antara lain persoalan entering fee bergabungnya Sojitz ke dalam konsorsium, pembelian lahan tambahan untuk Right of Way (ROW) tahun 2018, isu pelanggaran local content atau Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) tahun 2019, hingga negosiasi Mitsui O.s.k Lines (MOL) sebagai pengganti Exmar dalam konsorsium FSRU tahun 2018.
Baca Juga: PLTGU Jawa 1 jadi andalan PLN, Pertamina berhasil melakukan switching energi
Kendati begitu, Indra memastikan bahwa hingga saat ini PPI masih berkongsi dengan Marubeni dan Sojitz dalam proyek PLTGU Jawa-1. Indra juga menekankan, pasca ditinggal Ginanjar, PPI tetap memastikan proyek PLTGU Jawa-1 akan berjalan sesuai target untuk bisa beroperasi komersial atau Comercial Operation Date (COD) pada Desember 2021.
"Proyek PLTGU Jawa-1 tetap berjalan seperti biasa dan tidak ada masalah, kami akan tetap bekerja seperti biasa. Pertamina Power Indonesia menjamin progress Jawa-1 selalu sesuai dengan target COD," terang Indra.
Saat ini, kata Indra, progres PLTGU Jawa-1 per 25 Oktober 2019 sudah mencapai 39,8%. Capaian itu lebih tinggi 0,2% dari target awal yang direncanakan mencapai 39,6%. Sementara progres Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) yang terintegrasi dengan PLTGU Jawa-1 sudah mencapai 50,2%, atau lebih tinggi 0,1% dari target yang direncanakan mencapai 50,1%.
"Pokoknya PPI sangat care dengan proyek Jawa-1 ini. Saya hampir setiap minggu ke site memastikan semuanya berjalan sesuai rencana," kata Indra.
Sementara itu, untuk proyek PPI lainnya, yakni PLTGU di Bangladesh, Indra mengatakan bahwa pihaknya tetap akan melanjutkan seleksi untuk mendapatkan partner baru. "Untuk PLTGU Bangladesh sesuai dengan berita yang sudah ada, kita sedang melakukan seleksi mendapatkan partner baru, dan kegiatannya masih sesuai dengan rencana kami," terang Indra.
Baca Juga: Kembali dapat utang US$ 1 miliar, begini serapan capex PLN hingga kuartal III 2019
Seperti yang diberitakan Kontan.co.id sebelumnya, retaknya konsorsium PPI-Marubeni di PLTGU Jawa-1 merembet ke kongsi lainnya, yakni proyek pembangkit Independent Power Producer (IPP) Combined Cycle Gas Turbine (CCGT) alias PLTGU di Bangladesh.
Consortium agreement antara PPI-Marubeni di proyek tersebut telah berakhir pada 27 Juni 2019. Adapun, Marubeni bergabung di IPP Bangladesh sejak Agustus 2017.
Ginanjar sebelumnya mengatakan, selaku pimpinan proyek, PPI pun tengah berburu partner baru. "Betul, kami akan pilih partner baru. Kita sedang proses penggantian. Ini proyek Pertamina/PPI, jadi hak penggantian dan pemilihan partner ada di PPI," ujar Ginanjar kepada Kontan.co.id, Senin (11/11) pekan lalu.
Adapun, di proyek PLTGU Jawa-1, Pertamina menjadi pimpinan konsorsium dengan saham mayoritas sebanyak 51%, Intraco (local company) memegang 14% dan sisanya sebanyak 35% tadinya dipegang Marubeni.
Dalam mencari pengganti Marubeni, Indra Trigha mengatakan bahwa PPI akan mempertimbangkan kemampuan pendanaan yang dimiliki perusahaan. "Kita akan pilih pengganti yang juga bisa membawa financing yang kompetitif," sebut Indra.
Baca Juga: Capai 7.435 MW proyek EBT, ini bukti PLN komitmen bangun energi bersih
Sebagai informasi, estimasi sementara untuk investasi PLTGU Bangladesh berkisar pada US$ 1,4 miliar - US$ 1,6 miliar, dan pembiayaan proyek ini menggunakan skema project financing.
Editor: Azis Husaini
Editor: Azis Husaini
"listrik" - Google Berita
November 18, 2019 at 04:43PM
https://ift.tt/2O2GrYh
Ginanjar dicopot, Pertamina Power: Kami ganti Marubeni di proyek listrik Bangladesh - Kontan
"listrik" - Google Berita
https://ift.tt/2I79PZZ
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ginanjar dicopot, Pertamina Power: Kami ganti Marubeni di proyek listrik Bangladesh - Kontan"
Post a Comment