Laporan Rudal Afgani
Banjarnegara, IDN Times – Waduk Mrica Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) PT Indonesia Power Mrica Power Generation Unit (PGU) terus mengalami sedimentasi. Sedimentasi membuat volume air yang digunakan sebagai penggerak PLTA semakin menyusut. Jika tak diatasi, maka penyusutan volume bisa memengaruhi kapasitas produksi listrik yang turut berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan listrik di Jawa-Bali.
Baca Juga: Warga di 199 Desa yang ada di Banjarnegara Rawan Terkena Longsor
1. Endapan karena aktivitas di hulu
General manager PT Indonesia Power Mrica PGU, Slamet Suwardi, mengatakan, endapan disebabkan antara lain karena aktivitas pertanian di hulu Sungai Serayu. Sebagian besar petani menanam tanaman cepat panen seperti kentang. Hal ini membuat erosi semakin parah.
“Karena aktivitas di hulu, bukan hanya air yang masuk tetapi juga sedimen,” kata Slamet.
Data Indonesia Power menyebut, volume waduk saat dibangun pada tahun 1988 sebesar 148,3 juta meter kubik. Sementara volume sedimen saat ini mencapai 122,1 juta meter kubik.
Dengan demikian saat ini tersisa 26,2 juta meter kubik. Dari sisa volume itu, 82 persen di antaranya diisi air dan sisanya masih 18 persen. “Harapan kami pengerukan bisa sesuai target 1,7 juta meter kubik per tahun yang bisa mengembalikan fungsi waduk seperti dulu,” kata dia.
2. Material endapan dikeruk
Untuk mengurangi pendangkalan, PT Indonesia Power Mrica PGU mengeruk material sedimen. Pengerukan sedimen dilakukan pihak ketiga melalui proses lelang. Sedimen yang antara lain berupa pasir digunakan kembali untuk bahan bangunan.
“Pengerukan diperkirakan bisa menambah usia waduk hingga tahun 2040,” kata dia.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
3. Ajak petani ganti budidaya tanaman
Selain pengerukan material endapan, PT Indonesia Power juga mengatasi persoalan di hulu. Sejumlah program yang digagas untuk mengatasi persoalan ini antara pendampingan masyarakat untuk menanamkan kesadaran peduli lingkungan.
Masyarakat perlahan diajak untuk mengganti pola tanam dari yang semula menanam tanaman cepat panen ke tanaman lain yang lebih mendukung upaya konservasi lahan namun tetap menghasilkan. Mengganti kebiasaan petani nyatanya tak mudah. Upaya pertama untuk mengganti dengan tanaman ekaliptus yang menghasilkan minyak kayu putih tidak berhasil.
Sampai akhirnya pada percobaan tanaman kopi. Kopi dipilih karena memiliki pasar yang besar dan lingkungan yang mendukung. Daerah hulu memiliki ketinggian 1200-an meter di atas permukaan laut, sehingga bisa menghasilkan kopi dengan cita rasa yang unik. ”Kami meyakinkan teman-teman di hulu bahwa ada peluang yang lebih baik, yang menjanjikan secara ekonomi,” kala Slamet.
Setelah tiga tahun, kopi dipanen. Kopi ternyata menjadi komoditi yang bisa menggantikan kentang. Setelah kopi terbukti mampu menjadi mata pencaharian, perlahan, warga mulai beralih ke tanaman kopi.
“Kami tidak sekadar memberi imbauan, tetapi juga melakukan pendampingan, pengolahan, sampai pada pemasaran. Dan hari ini kopi Banjarnegara sudah dikenal luas, bahkan mendunia,” kata dia.
Tak sampai di situ, kolaborasi korporasi dengan Pemkab Banjarnegara juga menghasilkan ahli peracik kopi atau barista. Hingga hari ini, sudah ada lima barista yang bersertifikat Malabar. Secara bertahap, barista akan terus ditambah agar mampu meningkatkan kualitas sajian kopi Banjarnegara. “Barista kami sudah sering diundang untuk memberikan pelatihan di berbagai tempat, dari Jogja, Aceh dan lainnya,” ujar dia.
4. Produksi listrik meningkat di musim hujan
Sementara menghadapi musim hujan, PT Indonesia Power melakukan persiapan berupa pemeliharaan mesin penghasil listrik. Ia berharap ketika musim huajan tiba, mesin siap beroperasi dan berproduksi secara maksimal dalam kurun waktu 1,5 bulan ini.
“Kita menunggu curah hujan akhir taun ini. Ritmenya biasanya curah hujan akan tinggi di awal, menurun di tengah, kemudian naik lagi sedikit di akhir,” ujar dia.
Mrica PGU memiliki tiga buah mesin. Masing-masing berkapasitas 60 Mega watt. Mampu menghasilkan hingga 180 mega watt. Dengan kapasitas produksi ini, kondisi waduk dinilai mampu mendukung. “Untuk menghasilkan 180 butuh 200 meter kubik per detik,” kata dia.
Baca Juga: Jadi Terobosan Energi Terbarukan, PLTA Rajamandala Siap Pasok Listrik
"listrik" - Google Berita
November 18, 2019 at 07:13AM
https://ift.tt/2Qtvm48
Waduk Mrica Makin Dangkal, Ancam Pengaruhi Produksi Listrik di PLTA - IDN Times Jateng
"listrik" - Google Berita
https://ift.tt/2I79PZZ
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Waduk Mrica Makin Dangkal, Ancam Pengaruhi Produksi Listrik di PLTA - IDN Times Jateng"
Post a Comment