Wilayah perbatasan yang dimaksud adalah Pulau Buru, Kabupaten Karimun. Listrik hadir di perbatasan Indonesia-Malaysia-Singapura itu baru sekitar lima tahun yang lalu dan masih terbatas beberapa jam saja.
Jarak Pulau Buru kurang lebih 30-40 menit perjalanan menggunakan kapal motor dari Kota Tanjung Balai Karimun. Pada tahun 2014 hingga 2016, nyala listrik masih 14 jam dan itu pun secara terbatas karena baru dinyalakan dari pukul 17.00-07.00. Kini sudah berbeda."Masyarakat yang sekolah pendidikannya yang mau akses internet, belajar di siang hari dengan praktikum, beberapa sekolah harus menghidupkan gensetnya masing. Sejak adanya program 35 MW Presiden Jokowi, di Pulau Buru ini mendapat tambahan mesin diesel dengan kapasitas 500 KW, ada 2 unit, di situ kita bisa menaikkan jam nyalanya," urai kata Manager ULP PLN Tanjung Balai Karimun Chrisman Ariando S.
(Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)
|
Apa dampaknya? Kebutuhan listrik, komunikasi, hingga internet untuk belajar mengajar di sekolah-sekolah Pulau Buru menjadi lebih lancar. Mereka yang tadinya harus menghidupkan genset masing-masing listrik, maka tinggal menambah daya listrik ke PLN.
"Mulai 2018, 2019 ini banyak sekolah yang sudah menambah fasilitas praktikumnya. Meskipun pulaunya sangat kecil, kebutuhan sarana pendidikannya tidak kalah dengan yang ada di pulau besar," jelas Chrisman.
Harapannya, listrik yang disediakan pemerintah ini dapat menunjang pendidikan. Sehingga ke depan, akan berpengaruh ke taraf ekonomi dan kehidupan sehari-hari.
"Kita lihat warga Melayu ini banyak yang setelah sekolah belajar mengaji. Setelah ada listrik kan bisa mudah mengaji kapan saja. Itu kebutuhan bisa dipenuhi dengan sinar listrik yang disiapkan PLN," tambah dia.
(Foto: Rengga Sancaya/detikcom)
|
Sementara itu dijelaskan Camat Buru, Helmi, Pulau Buru memiliki 12 ribu penduduk. Wilayahnya ini masuk dalam salah satu lokasi prioritas di perbatasan.
"Kita itu memiliki potensi yang bisa dikembangkan masyarakat. Di antara potensi itu yakni pariwisata, perikanan atau tambak, dan pertanian," jelas dia.
Seperti diketahui, Pulau Buru memiliki destinasi wisata yang beragam, contohnya Masjid Besar Raja Haji Abdul Ghani, wisata sejarah makam Si Badang, Pantai Tanjung Ambat. Yang pasti potensi wisata di atas juga memerlukan listrik untuk merawat atau meneranginya saat malam tiba.
"Harapan dengan adanya listrik 24 jam, perekonomian masyarakat bisa berkembang, terutama perikanan atau tambak dan pariwisata. Kami memerlukan investor, untuk dapat mengembangkan potensi pariwisata di pariwisata buru," ujar Helmi.
(Foto: Rengga Sancaya/detikcom)
|
"Saat ada listrik komoditi basah seperti ikan kakap pun bisa disimpan lebih lama. Itu juga termasuk oleh-oleh khas dari sini," pungkas dia.
detikcom bersama PLN mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur listrik, perekonomian, pendidikan, pertahanan dan keamanan, hingga budaya serta pariwisata di beberapa wilayah terdepan.
Ikuti terus berita tentang ekspedisi di pulau-pulau terdepan Indonesia di tapalbatas.detik.com!
Simak Video "Perjuangan Pembuat Kerupuk di Wilayah Terluar Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]
(msl/krs)
"listrik" - Google Berita
November 12, 2019 at 11:00PM
https://ift.tt/34SfzzE
Cerita Listrik di Pulau Terdepan RI, Pariwisata pun Tercerahkan - detikTravel
"listrik" - Google Berita
https://ift.tt/2I79PZZ
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Cerita Listrik di Pulau Terdepan RI, Pariwisata pun Tercerahkan - detikTravel"
Post a Comment